Selain mengkritisi Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu
Jilid II, Massa juga melakukan aksi drama pemerintahan SBY – Boediyono dengan
mengikat seorang massa dengan rantai yang ditarik – tarik mengelilingi BAM
(bundaran Air Mancur Masjid Agung) oleh seorang massa yang bertubuh kekar,
sedangkan yang berperan menjadi SBY pura – pura tidak melihat kejadian
tersebut, menurut massa, aksi drama ini dilakukan untuk mempertontonkan sikap
ketidakpedulian Presiden kepada rakyat kecil, “inilah sikap SBY yang tidak mau
peduli terhadap rakyat kecil,” ujar Massa sambil menyoraki kalau Pemerintahan
SBY telah gagal.
Kabag Operasional Polresta kota Palembang Nugroho
mengatakan, pihaknya menurunkan 300 personil dengan 150 personil berjaga – jaga
di depan BAM, sedangkan 150 lagi yang di tempatkan di titik – titik pusat
(lajur) aksi Demo, hal ini dilakukan untuk mengawasi dan mengamankan jalannya
aksi demo agar tidak terpropokasi dari pihak luar.
Koordinator Aksi KRAN Ibrahim Al - Farouq yang tergabung
dalam Dema IBA, BEM PGRI, BEM Unsri, BEM Stisipol, BEM IAIN, dan Ormas – Ormas
lain mengatakan, Unjuk rasa yang di pusatkan di BAM ini bertujuan mengkritisi
Pemerintahan SBY – Boediyono yang di anggap telah gagal dalam menyelesaikan
kasus – kasus yang selama ini terjadi di Indonesia, salah satunya Kasus Century
yang tidak kunjung berkesudahan, “SBY – Boediyono telah gagal dalam menjalankan
tugasnya, untuk itu kami kesini untuk menuntut kepada mereka agar menghentikan
Neoliberalisme, dan meminta SBY – Boediyono untuk turun dari jabatannya,”
ujarnya.
Menurutnya, tanggal 20 oktober ini bukan hanya memperingati
1 tahun Pemerintahan SBY, namun sudah 6 tahun
pemerintahannya berjalan, tapi tidak ada
perubahan yang berarti dengan masyarakat alias Pemerintahan SBY jalan di
tempat, “Pemerintahan SBY bukan hanya satu tahun ini saja, namun sudah 6 tahun
tapi tidak ada perubahan yang signifikan terhadap rakyat,” terang Ibrahim yang
juga merupakan ketua Kammi (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) IAIN.
Massa yang tergabung dalam BEM SI, KRAN juga meminta, agar
SBY – Boediyono untuk tidak lagi mengunakan politik pencitraan, dengan hanya
memikirkan pencitraan yang baik terhadap mereka di mata rakyat, namun kondisi
rakyatnya sendiri mereka tidak pikirkan.
Di tempat yang sama (BAM) HMI yang tergabung dari Mahasiswa
Muhammadiyah ini juga menggelar Unjuk rasa dengan tuntutan yang hampir sama,
yakni menuntut penyelesaian kasus yang terjadi di Indonesia, terutama kasus
century yang telah banyak merugikan uang Negara, meminta perubahan sistem
perekonomian yang berpaham kapitalis dengan berpihak kepada pemilik modal
menjadi sistem ekonomi pro – rakyat, serta memberantas semua tindak korupsi di
sistem Pemerintahan.
Ibrahim mengungkapkan, alasan Massa BEM SI dan KRAN tidak
bergabung dengan puluhan massa HMI ini dikarenakan isu yang di angkat berbeda,
sehingga untuk menghindari aksi propokasi dan perpecahan antara massa yang satu
dengan massa yang lain, “kami tidak ikut bergabung ke sana untuk menghindari
propokasi, sebab isu yang di angkat berbeda,” pungkasnya. (Febri).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar